Fiersa Besari Selamat dari Tragedi Pendakian Cartenz, Dua Rekannya Meninggal Dunia

(kiri) Proses evakuasi, (tengah Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, (kanan) Fiersa Besari

BERANDAKATA.COM — Pendakian ke Puncak Cartenz Pyramid berujung duka setelah dua pendaki wanita asal Indonesia, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, meninggal dunia akibat hipotermia.

Sementara itu, tiga pendaki lainnya, Indira Alaika, Alvin Reggy, dan Saroni, berhasil selamat setelah bertahan lebih dari 24 jam di ketinggian Summit Ridge dalam kondisi cuaca ekstrem.

Musisi dan penulis terkenal Fiersa Besari turut serta dalam ekspedisi tersebut. Beruntung, ia selamat dari insiden tragis ini. Fiersa mengungkapkan kesedihannya melalui unggahan Instagram Story dengan layar hitam dan emoji hati yang patah, menunjukkan duka mendalam atas kehilangan dua rekannya.

Kronologi Tragedi

Pendakian ini dilakukan oleh rombongan berjumlah 20 orang yang terdiri dari 5 pemandu, 7 pendaki WNI, 6 pendaki WNA, dan 2 petugas Taman Nasional Lorentz. Mereka memulai perjalanan dari Bandara Moses Kilangin Timika menuju basecamp Yellow Valley menggunakan helikopter.

Setelah dua hari aklimatisasi, pendakian ke puncak dimulai pada 1 Maret 2025 pukul 04.00 WIT. Namun, kondisi cuaca yang memburuk, dengan hujan salju dan angin kencang, menghambat perjalanan turun. Lilie dan Elsa mengalami gejala hipotermia dan terhenti di Teras 2. Meskipun telah dibantu oleh pemandu Nepal, Dawa Gyalie Sherpa, serta pemandu lokal Poxy dan Damar, nyawa keduanya tak tertolong.

Sementara itu, Indira, Alvin, dan Saroni terpaksa bertahan di Summit Ridge tanpa perlengkapan yang memadai. Upaya penyelamatan dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh pemandu internasional Garret Madison, Tashi Sherpa, dan Ben Jones. Mereka berhasil mencapai lokasi dan memberikan pertolongan pertama sebelum membawa ketiga pendaki turun ke basecamp.

Duka Mendalam dan Imbauan Keselamatan

Jenazah Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono kemudian dievakuasi menggunakan helikopter ke Mimika dan diserahkan kepada keluarga masing-masing. Kepergian keduanya meninggalkan duka mendalam bagi komunitas pendaki dan kerabat mereka.

Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), Rahman Mukhlis, menegaskan bahwa tragedi ini menjadi pengingat bagi para pendaki untuk selalu memprioritaskan keselamatan, memantau prakiraan cuaca, serta membawa perlengkapan darurat yang memadai.

Pendakian Cartenz Pyramid memang dikenal memiliki tantangan ekstrem dengan medan terjal serta cuaca yang cepat berubah. Otoritas Taman Nasional Lorentz mengimbau agar pendaki lebih waspada dan mempertimbangkan risiko sebelum memutuskan untuk melakukan ekspedisi ke salah satu puncak tertinggi di Indonesia ini.**

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *