TOLITOLI – Proyek rekonstruksi jalan ruas SP Buatan – Bilo di Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, mulai jadi sorotan warga. Padahal, pekerjaan senilai Rp17,4 miliar itu masih menyisakan waktu dua bulan lagi pengerjaan.
Warga menilai, kualitas proyek meragukan. Terutama pada item rabat beton di kedua sisi bahu jalan.
Baca Juga: Rp23 M Proyek Fisik di Morut Dilelang saat Memasuki Musim Hujan
Pengerjaannya disebut asal-asalan. Rabat beton dikerjakan tanpa plastik cor di lapisan dasar. Besi tulang yang dipakai pun hanya berukuran 6 milimeter.
“Kalau rabat beton, mestinya pakai plastik cor di dasar tanah. Itu standarnya,” kata salah seorang warga kepada media, baru-baru ini.
Warga menyebut pekerja langsung menumpahkan adonan campuran dari molen ke tanah tanpa plastik. Padahal, fungsi plastik cor penting menjaga kualitas beton agar airnya tidak terserap tanah.
Baca Juga: Gedung Rawat Inap VVIP RS Bhayangkara Palu Diresmikan, Kapolda Sulteng Harapkan Pelayanan Ramah
“Kalau langsung ke tanah, airnya hilang, beton cepat retak. Kalau ada plastik, kualitasnya jauh lebih bagus,” kritik warga.
Selain itu, besi tulangan yang umum dipakai minimal 8 milimeter. Jika lebih kecil, daya tahan beton dipertanyakan.
“Yang dipasang hanya 6 milimeter. Bahaya kalau begitu. Kualitasnya pasti kurang kuat,” tambah warga yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Baca Juga: Penuhi Janji Masa Lampau, Wakapolda Sulteng Helmi Kwarta Sujud Syukur di SMA 1 Palu
Karena itu, warga meminta Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (BMPR) Sulawesi Tengah turun mengecek. Pihak perusahaan pelaksana, PT Surya Lima Perkasa, juga diminta bertanggung jawab. Ada dugaan pengurangan vulome bahan baku.
“Kasihan masyarakat. Jalan dibangun pakai material asal-asalan untuk mereka. Itu jelas merugikan negara dan hanya menguntungkan perusahaan. Jangan dibiarkan,” tegas warga.
Baca Juga: Gubernur – Forkopimda Deal Penertiban, Tak Ada Tempat bagi Tambang Ilegal di Sulteng
Proyek jalan SP Buatan – Bilo ini ditangani Dinas BMPR Sulteng. Sumber dananya dari Dana Alokasi Umum (DAU) APBD 2025. Kontrak pekerjaannya dimulai Februari hingga November 2025.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek Rp17,4 miliar, Asbudianto, yang coba dikonfrimasi wartawan melalui pesan WhatsApp, belum menjawab. Hingga berita ini tayang, Asbudianto tak kunjung membalas pesan konfirmasi. (*)





