PALU – Lembaga LIBU Mombine To Kaili (LIBU MOMI) Sulawesi Tengah menggelar sosialisasi bertemakan “Mombine dalam Mengembangkan dan Melestarikan Nilai-Nilai Luhur Budaya Kaili” pada Kamis (21/8/2025) bertempat di Museum Sulawesi Tengah Jalan Kemiri, Kota Palu.
Kegiatan tersebut dihadiri perwakilan Gubernur Sulawesi Tengah, unsur Forkopimda, tokoh adat, serta para pengurus LIBU MOMI. Dalam bahasa Kaili, Mombine artinya perempuan.
Sosialisasi hari itu diawali dengan tarian Pokambu, pembacaan doa, menyanyikan lagu Indonesia Raya, serta laporan ketua panitia.
Baca Juga: Forum KTT Sulteng Salurkan Rp162 Juta untuk Gempa Poso
Ketua LIBU MOMI Sulteng, Nurmiati Habibu, S.Pd, M.Si, dalam sambutannya menekankan pentingnya menjaga eksistensi budaya Kaili di tengah arus asimilasi budaya modern. Sebab, bahasa dan tradisi Kaili kini mulai tergerus, sehingga perlu langkah nyata untuk melestarikannya.

Ketua LIBU MOMI Sulteng, Nurmiati Habibu, saat menyampaikan sambutannya.
“Suku Kaili memiliki 47 rumpun bahasa, dan bahasa Kaili Ledo menjadi pemersatu. Namun, fakta di lapangan menunjukkan nilai budaya kita semakin terpinggirkan. Inilah yang menjadi tantangan bagi LIBU MOMI Sulteng untuk menjaga agar budaya Kaili tetap hidup dan bahkan menjadi primadona pariwisata daerah,” ujarnya.
Ia menegaskan, budaya memiliki peran besar dalam membentuk kualitas generasi muda, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga perilaku sosial. LIBU MOMI, kata Nurmiati, siap bersinergi dengan pemerintah daerah dalam mendukung program pembangunan.
Baca Juga: Divhumas Polri Gelar Bimtek dan Uji Konsekuensi Informasi Publik di Polda Sulteng
“Termasuk Sulteng Berani Zero Stunting dan Sulteng Berani Cerdas, all out kita akan dukung,” tegasnya.
Tak lupa, ia juga mengingatkan tentang kearifan lokal yang harus dijaga. Seperti gotong royong (nosiala pale), saling peduli dan menyayangi (nosiamasei), serta menjaga kelestarian lingkungan. Nilai-nilai itu, kata Nurmiati, sejalan dengan program pembangunan daerah dan harus diwariskan kepada generasi muda.
“Budaya bukan hanya identitas, tetapi juga kekuatan sosial dan ekonomi. Jika ditempatkan pada posisi yang tepat, budaya akan membawa ketentraman, kesejahteraan, dan kemajuan,” tutup Nurmiati yang juga dosen Unismuh Palu.
Baca Juga: Pascabanjir Molino, Gubernur Sulteng Langsung Hentikan Aktivitas Tambang PT Bumanik dkk
Acara sosialisasi hari itu turut diisi dengan sesi diskusi bersama narasumber, di antaranya Dr. Suaib Djafar, dan Dr. Nisbah, serta kegiatan Motesa yang menghadirkan Dr. Norma Marjanu, Masita, dan Iryatul Zahra.
Konsep Motesa dikemas dengan duduk melingkar agar lebih santai dan interaktif.
Kegiatan ditutup dengan doa dan harapan agar gerakan menjaga serta melestarikan bahasa dan budaya Kaili terus berlanjut, menjadi tanggung jawab bersama, dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat Sulawesi Tengah. (*)





