Luka Affan, Adalah Luka Seluruh Rakyat yang Percaya pada Keadilan

Affan, pengemudi Ojol yang meninggal karena dilindas mobil Baracuda Brimob di lokasi demo
Ilustrasi meninggalnya Affan, pengemudi Ojol saat aksi demo di Jakarta.

Oleh: Aril (Ari Loru)

Mencari keadilan di negeri yang kaya sumber daya alamnya, bagaikan meminum garam di dalam lautan. Jauh panggang dari api, miris rasanya melihat dan menyaksikan suara rakyat tidak lagi menjadi suara Tuhan untuk negara demokrasi seperti Indonesia.

Bacaan Lainnya

80 tahun Indonesia merdeka, rasa-rasanya hanyalah sebuah angka saja, belum masuk dalam sanubari jiwa berbangsa. Kemerdekaan bersuara untuk rakyat rupanya berlaku 5 tahun sekali saja, dari balik bilik.

Wakil rakyat hari ini semakin memperjelas keberadaan mereka: sebagai wakil partai. Bukan wakil rakyat.

Baca Juga: Hasil Tangkapan Ikan Turun Drastis, Nelayan Banggai Laut Mengeluh ke Gubernur Anwar Hafid

Apakah dengan hilangnya nyawa, suara rakyat baru didengarkan? Mana katanya suara rakyat adalah kekuasan tertinggi dalam berdemokrasi?

Demonstrasi hari ini bukan lagi menjadi hak untuk menyampaikan pendapat, apalagi menuntut keadilan. Dari rakyat untuk rakyat, hanyalah simbolis semata dari para politikus ketika berdebat di layar televisi.

Begitu mahalnya suara rakayat di negeri ini, harus ditebus dengan nyawa.

Affan Kurniawan adalah salah satu, dari ratusan nyawa melayang dalam aksi demostran, di negara konoha sebutan “netizen”.

Baca Juga: Presiden Prabowo Kunjungi Stand Pameran Kabupaten Donggala, Bupati Vera Laruni Semringah

Tragedi seperti ini, membuka mata kita seharusnya tidak boleh terulang kembali. Betapa rapuhnya penegakkan hukum dan demokrasi di negara kita, keadilannya harus dibayar dengan nyawa.

Kasus Affan, menjadi simbol luka, bukan hanya bagi keluarga, tetapi seluruh elemen masyarakat yang masih percaya pada keadilan.

Tak lekang oleh waktu, maka benarlah kata Soekarno, Presiden Republik Indonesia yang pertama: “perjuanganku lebih muda karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri”.

Baca Juga: KPK Tetapkan 5 Tersangka Baru Kasus Korupsi Bansos 2020

Affan engkau tidak sendiri. Ribuan kawan berdiri dibelakangmu, membelamu, mendoakanmu, bahkan siap bertaruh nyawa untuk berada di garis terdepan.

Untuk bersuara dan menuntut cukup 29 Agustus 2025, semoga adalah akhir dari catatan bobroknya sistem demokrasi kita.

Masih dalam suasana Dirgahayu Republik Indonesia ke-80 tahun. Kami titipkan harapan perubahan demokrasi pada engkau wahai presiden ke 8 Prabowo Subianto. Dengarlah rintihan rakyat, peluklah hati rakyat yang terluka, resapilah air mata dalam kegelapan, menanti fajar keadilan hadir di pelepuk mata yang bergelimang air mata perpisahan.

Selamat jalan Affan. Kaulah pahlawan di kemerdekaan Indonesia ke-80.

Yaa Allah terimahlah semua amal sholehnya. Maafkanlah segala kekhilafannya dan masukanlah dia ke surgaMu yang bergilamang kenikmatan. (*)

#adilipelaku, #ruangfilsuf

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *